Tuesday, January 27, 2009

F**Kin' Pop-Up


Dari berbagai hal yang tidak gue sukai saat siaran, ada satu diantaranya yang paling tidak gue sukai: POP UP.
Oke, sepertinya perlu gue jelasin dulu, apa siyh POP UP itu.
Pop Up adalah istilah untuk pesan singkat intra (intra message) yang bisa dikirimkan oleh seantero kantor dan tentunya juga bisa diterima oleh siapa saja (selama dia berstatus online). Mirip feature chatting tapi ini bersi intra chat.
Dan efek yang paling gue benci dari pesan singkat dadakan ini adalah kemunculannya yang tidak pandang waktu dan kondisi. Layar chat yang dikirmkan juga muncul secara tiba-tiba di komputer yang biasa gue pakai buat baca materi. Dan kalau si layar chat ini muncul tiba-tiba (alias POP UP), seringkai menghalangi pandangan gue yang tengah asik membaca materi di layar komputer.

Ok, mending kalau isinya berita yang mendukung isi materi yang lagi gue bawakan. Tapi sumpah, isinya jauh lebih banyak yang gak penting. Biar itu sekedar laporan berita dari reporter ataupun orang-orang yang punya urusan dengan satu orang saja tapi karena malas mencari namanya, dia langsung menggunakan "multi recepients message", which is setiap orang yang sedang online kecipratan pesan POP UP. Dan sialnya kadang isinya bener-bener gak penting. Berikut gue tampilkan beberapa contoh diantaranya:

1. wey! ada kripik singkong hand made nih! yang mau beli, ke meja gue aja ya! (padahal intra chat bukan media buat promosi dagangan. Dan kalaupun gue mau beli, apa iya gue harus langsung melesat ke meja loe dan meninggalkan studio?)

2. Nung...buka intramail donk! (padahal yang bernama Nungnung sedang tidak di tempat dan parahnya semua orang tak ada yang mengaku bernama Nungnung. Akibatnya, si pengirim kembali mengirim pesan yang sama kepada semua orang & cuma buat minta si Nungnung buka intramail)

3. Laporan berita: KPU menolak memberikan penjelasan seputar terjadinya kecurangan di pilkada Jatim bla..bla... (dan info itu sama sekali tidak relevan dengan materi yang gue bawakan: tentang kutub es yang mencair--sangat tidak relevan bukan???)

Dan yang paling gue benci, teramat benci, adalah:
PESAN POP UP yang ngomentarin tutur bicara gue! please deh! buat gue, setiap orang itu berhak dengan gaya bicaranya masing-masing. Toh as long as gue tidak menularkan kebencian, menunjukkan keberpihakkan dan tetap pada etika (seperti yang diajarkan saat training), masih sah-sah aja kok!

Misalnya hari ini. Pas gue siaran pagi, gue membawakan materi kesadaran masyarakat yang minim dalam menjaga kebersihan saluran air. Dan tadi gue menyarankan warga jakarta untuk kembali menjalankan kerja bakti just like before yang lumayan banget buat menambah kekerabatan dengan tetangga dan tentunya meningkatkan kebersihan lingkungan.

Namun ada satu orang iseng yang dengan gatau dirinya malah komentar gak penting lewat pesan POP UP:
Kerja bakti? Mba asal loe dari mana sih? kok masih make bahasa beginian?

Resenya, pesan chat dengan komentar gak penting kaya gitu sering banget menghampiri penyiar yang sedang siaran. And jujurly, hal tsb gak jarang bikin kita mendadak gak pede dan "down" dengan gaya siaran kita (termasuk materi, tutur kata, dll)

Akhirnya selepas siaran tadi gue bertanya-tanya, memangnya apa yang salah dengan kata "kerja bakti"? Bukankah ini kata yang netral dan asli Indonesia?

Lanta kalau bukan menggunakan kata "kerja bakti", kata apa yang harus gue gunakan untuk menjelaskan 'perilaku gotong royong membersihkan lingkungan sekitar rumah bersama para tetangga lainnya'?

haruskah gue berkata:
sudah saatnya warga Jakarta bersama kembali menyingsingkan lengan bajunya untuk membersihkan saluran air dan lingkungan rumahnya.

Wew! panjang sekali bukan? coba bandingkan dengan "KERJA BAKTI"!

No comments:

Post a Comment